Jumat, 20 Desember 2013

Bagaimanakah Seharusnya Menghadapi Penguasa yang ‎Berhati “Syetan”?‎

Faidah kajian kitab Al Ishbah bersama Ustadz Aris Munandar, SS., MPI. ( selasa, 17 Desember 2013)



عن حذيفة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : ( يكون بعدي أئمة لا يهتدون بهداي ولا يستنون بسنتي وسيقوم فيهم رجال قلوبهم قلوب الشياطين في جثمان إنس). قلت: كيف أصنع إن أدركت ذلك؟، قال: ( تسمع وتطيع للأمير وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك فاسمع وأطع ) رواه مسلم 
(٤٨٩١)

Dari sahabat Hudzaifah radhiyallahu’anhu, dia mengatakan : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Akan ada di kalangan umatku nanti para penguasa yang mereka tidak mengamalkan petunjukku, dan mereka tidak mengamalkan sunnah-sunnahku. Dan akan bangkit ditengah-tengah mereka para penguasa yang hatinya bagaikan hati syetan yang memakai tubuh manusia.  Kemudian aku pun bertanya : “Apa yang harus saya lakukan jika menjumpai hal itu?, lalu Beliau menjawab : “Dengarkanlah dan taatilah perintah Pemimpin, walaupun dia memukul punggungmu dan mengambil hartamu, maka tetap dengarkanlah dan taatilah perintahnya.” HR. Muslim (4891)

Taat yang seperti apa yang harus kita lakukan kepada pemimpin yang dzalim?


  عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه, عن النبيّ صلّى الله عليه وسلّم قال : (السمع والطاعة على المرء 
المسلم فيما أحب وكره ما لم يؤمر بمعصية ، فإذا أمر بمعصية فلا سمع ولا طاعة) رواه البخاري (٢٧٩٦)

Dari sahabat Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Beliau bersabda : “Wajib mendengarkan dan taat bagi seorang muslim (kepada penguasa) dalam perkara yang dia suka atau dia benci, selama tidak memerintahkan kepada berbuat maksiat. Jika dia memerintahkan untuk berbuat maksiat maka tidak ada kewajiban mendengarkan dan taat kepadanya.” HR. Bukhari (2796)  

Faidah :
1. Kewajiban mendengarkan dan taat pada perintah Penguasa kaum Muslimin selama tidak memerintahkan pada perbuatan maksiat
2. Perintah Nabi kepada umatnya untuk tetap mendengarkan dan taat kepada penguasa yang dzalim adalah sebuah petunjuk yang sangat mulia, karena jika kita memberontak pada penguasa yang dzalim maka kita tidak hanya akan dipukuli punggungnya dan dirampas hartanya saja, tapi akan menimbulkan pertumpahan darah kaum muslimin.
3. Jika sikap kepada penguasa yang jelas berhati syetan tapi bertubuh manusia yang disebutkan hadits saja seperti demikian, maka bagaimanakah lagi jika kita tidak mampu memastikan apakah penguasa kita berhati syetan, padahal perkara hati tidaklah ada yang tahu kecuali Allah.
4. Kelirunya sebagian saudara kita sesama muslim yang terlalu semangat melawan penguasa, padahal mereka belum sampai pada taraf menganiaya dan merampas harta rakyatnya dengan dzalim, sementara penguasa yang  jelas disebutkan dalam hadits “manusia yang berhati syetan” saja Nabi perintahkan untuk mendengarkannya dan mentaati perintahnya.


Wallahul muwaffiq, washallallahu ‘ala nabiyyina muhammadin wa’ala alihi washahbihi wa sallam, walhamdulillahirobbil’alamin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar